Pengembangan Aplikasi
By.Aditya Wahyu Setyawan
Tahapan
pengembangan aplikasi dengan mtode waterfall
Metode
Waterfall adalah
suatu proses pengembangan perangkat lunak berurutan, di mana
kemajuan dipandangsebagai terus mengalir ke bawah (seperti air terjun) melewati
fase-fase perencanaan, pemodelan, implementasi(konstruksi), dan pengujian (RI, 2014)
Dalam pengembangannya metode
waterfall memiliki beberapa tahapan yang runtut: requirement,
design,implementation, verification dan maintenance.
1. Tahap requirement atau spesifikasi
kebutuhan sistem adalah analisa kebutuhan sistem yang dibuat dalam bentuk yang
dapat dimengerti oleh klien dan staf pengembang. Dalam tahap ini klien atau
pengguna menjelaskan segala kendala dan tujuan serta mendefinisikan apa yang
diinginkan dari sistem. Setelah dokumen spesifikasi disetujui maka dokumen
tersebut menjadi kontrak kerja antara klien dan pihak pengembang.
2. Tahap selanjutnya adalah desain,
dalam tahap ini pengembang akan menghasilkan sebuah arsitektur sistem secara
keseluruhan, dalam tahap ini menentukan alur perangkat lunak hingga pada
tahapalgoritma yang detil.
3. Selanjutnya tahap implementasi,
yaitu tahapan dimana keseluruhan desain diubah menjadi kode-kode program. kode
program yang dihasilkan masih berupa modul-modul yang selanjutnya akan di
integrasikanmenjadi sistem yang lengkap untuk meyakinkan bahwa persyaratan
perangkat lunak telah dipenuhi.
4. Tahap selanjutnya adalah verifikasi
oleh klien, klien menguji apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kontrak
yang telah disetujui.
5. Tahap akhir adalah pemeliharaan yang
termasuk diantaranya instalasi dan proses perbaikan sistem sesuai kontrak. (Saputrasandra, 2017)
Tahapan
pengembangan aplikasi metode prototyping
Proses pengembangan sistem seringkali menggunakan
pendekatan prototipe (prototyping). Metode ini sangat baik digunakan
untuk menyelesesaikan masalah kesalahpahaman antara user dan analis
yang timbul akibat user tidak mampu mendefinisikan secara jelas kebutuhannyan
(abique, 2017)
Keunggulan
prototyping adalah :
·
Adanya komunikasi
yang baik antara pengembang dan pelanggan.
·
Pengembang dapat
bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
·
Pelanggan berperan
aktif dalam pengembangan sistem.
·
lebih menghemat -aktu
dalam pengembangan sistem.
·
Penerapan menjadi
lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya
sedangkan
kelemahan prototyping adalah :
·
Pelanggan tidak melihat
bah-a perangkat lunak belum mencerminkan kualitasperangkat lunak secara
keseluruhan dan belum memikirkan peneliharaan dalam jangka-aktu yang lama.
·
Pengembang biasanya
ingin cepat menyelesaikan proyek sehingga menggunakanalgoritma dan bahasa
pemrograman sederhana.
·
hubungan pelanggan
dengan komputer mungkin tidak menggambarkan teknikperancangan yang baik (Academia, 2017)
Bibliography
abique. (2017, Januari 20). Berbagi Bersama...
Retrieved November 11, 2012, from Metode Prototyping Dalam Pengembangan
Sistem Informasi:
http://abhique.blogspot.co.id/2012/11/metode-prototyping-dalam-pengembangan.html
Academia.
(2017, Januari 20). Metode Prototyping Dalam Pengembangan Sistem Informasi.
Retrieved from Metode Prototyping Dalam Pengembangan Sistem Informasi:
http://www.academia.edu/10561240/Metode_Prototyping_Dalam_Pengembangan_Sistem_Informasi
RI,
k. p. (2014). pemrogaman dasar. jakarta: dhidi purwadi.
Saputrasandra.
(2017, Januari 13). Pengembangan Aplikasi dengan Metode Waterfall dan
Prototyping. Retrieved September 04, 2015, from Pengembangan Aplikasi
dengan Metode Waterfall dan Prototyping:
https://saputrasandra04.wordpress.com/2015/09/04/pengembangan-aplikasi-dengan-metode-waterfall-dan-prototyping/
BIOGRAFI
PENULIS
Nama : Aditya Wahyu Setyawan
Sekolah : SMK Islam
1 Blitar
Motto : Jadilah
pria idaman
0 comments:
Posting Komentar